Rabu, 28 Oktober 2015

Kesabaran adalah latihan

Kesabaran Adalah Hasil Latihan
Seorang muda yang selalu resah dan gelisah menemui seorang bijak dan bertanya, ”Berapa lamakah waktu yang saya butuhkan untuk memperoleh kebahagiaan?” Orang bijak itu memandang si anak muda kemudian menjawab, ”Kira-kira sepuluh tahun.”
Mendengar hal itu anak muda tadi terkejut, ”Begitu lama,?” tanyanya tak percaya. ”Tidak,” kata si orang bijak, ”Saya keliru. Engkau membutuhkan 20 tahun.”
Anak muda itu bertambah bingung. ”Mengapa Guru lipatkan dua?” tanyanya keheranan. Orang bijak kemudian berkata, ”Coba pikirkan, dalam hal ini mungkin engkau membutuhkan 30 tahun.”
Apa yang terlintas dalam pikiran Anda ketika membaca cerita di atas? Tahukah Anda mengapa semakin banyak orang muda itu bertanya, semakin lama pula waktu yang diperlukannya untuk mencapai kebahagiaan?
Lantas, bagaimana cara kita mendapatkan kebahagiaan duniawi? Sebagaimana yang telah banyak disampaikan, kebahagiaan hanya akan dicapai kalau kita mau melakukan pencarian ke dalam. Namun, itu semua tidak dapat Anda peroleh dengan cuma-cuma. Anda harus mau membayar harganya.
Agar lebih mudah kita gunakan analogi sebuah toko. Nama toko itu adalah ”Toko Kebahagiaan.” Di sana tidak ada barang yang bernama ”kebahagiaan” karena ”kebahagiaan” itu sendiri tidak dijual. Namun, toko ini menjual semua barang yang merupakan unsur-unsur pembangun kebahagiaan, antara lain: kesabaran, keikhlasan, rasa syukur, kasih sayang, kejujuran, kepasrahan, dan rela memaafkan. Inilah ”barang-barang” yang Anda perlukan untuk mencapai kebahagiaan.
Tetapi, berbeda dari toko biasa, toko ini tidak menjual produk jadi. Yang dijual di sini adalah benih. Jadi, kalau Anda tertarik untuk membeli ”kesabaran” Anda hanya akan mendapatkan ”benih kesabaran.” Karena itu, segera setelah Anda pulang ke rumah Anda harus berusaha keras untuk menumbuhkan benih tersebut sampai ia menghasilkan buah kesabaran.
Setiap benih yang Anda beli di toko tersebut mengandung sejumlah persoalan yang harus Anda pecahkan. Hanya bila Anda mampu memecahkan persoalan tersebut, Anda akan menuai buahnya. Benih yang dijual di toko itu juga bermacam-macam tingkatannya.
”kesabaran tingkat 1,” misalnya, berarti menghadapi kemacetan lalu lintas, atau pengemudi bus yang ugal-ugalan.
”Kesabaran tingkat 2” berarti menghadapi atasan yang sewenang-wenang, atau kawan yang suka memfitnah.
”Kesabaran tingkat 3”, misalnya, adalah menghadapi anak Anda yang terkena autisme.
Menu yang lain misalnya ”bersyukur.’
‘ ”Bersyukur tingkat 1” adalah bersyukur di kala senang, sementara ”bersyukur tingkat 2” adalah bersyukur di kala susah.
”Kejujuran tingkat 1,” misalnya, kejujuran dalam kondisi biasa, sementara ”kejujuran tingkat 2” adalah kejujuran dalam kondisi terancam. Inilah sebagian produk yang dapat dibeli di ”Toko Kebahagiaan”.
Setiap produk yang dijual di toko tersebut berbeda-beda harganya sesuai dengan kualitas karakter yang ditimbulkannya. YANG TERMAHAL TERNYATA. ADALAH ”KESABARAN” Karena Kesabaran ini merupakan bahan baku dari segala macam produk yang dijual di sana.
Seorang filsuf Thomas Paine pernah mengatakan, ”Apa yang kita peroleh dengan terlalu mudah pasti kurang kita hargai. Hanya harga yang mahal lah yang memberi nilai kepada segalanya”.
Dengan cara pandang seperti ini kita akan menghadapi masalah secara berbeda. Kita akan bersahabat dengan masalah. Kita pun akan menyambut setiap masalah yang ada dengan penuh kegembiraan karena dalam setiap masalah senantiasa terkandung ”obat dan vitamin” yang sangat kita butuhkan.
Dengan demikian Anda akan ”berterima kasih” kepada orang-orang yang telah menyusahkan Anda karena mereka memang ”MUNCUL” untuk membantu Anda.
Pengemudi yang ugal-ugalan, tetangga yang jahat, atasan yang sewenang-wenang adlh peluang utk membentuk kesabaran. Penghasilan yg pas-pasan adalah peluang utk menumbuhkan rasa syukur.
Suasana yang ribut dan gaduh adalah peluang untuk menumbuhkan konsentrasi. Orang-orang yang tak tahu berterima kasih adalah peluang untuk menumbuhkan perasaan kasih tanpa syarat. Orang-orang yang menyakiti Anda adalah peluang untuk menumbuhkan kualitas rela memaafkan
Sesuai dengan ungkapan kebenaran ini :
Melatih kesabaran adalah cara bertapa yang tertinggi
Artinya rasa syukur merupakan bagian dari latihan kesabaran. Dengan melatih kesabaran berarti melatih rasa syukur, keikhlasan, kasih sayang, kejujuran, kepasrahan, dan rela memaafkan dan lainnya.
Sama seperti dalam berkonsentrasi, kita harus kembali ke objek semula, pada saat pikiran mengembara kemana-mana baik yang menyenangkan maupun menyedihkan. Artinya kita sedang melatih KESABARAN. Yakni melatih kesabaran untuk Menerima Apa Adanya. Dan secara jujur saya harus katakan TIDAK MUDAH.

Jadi KESABARAN adalah HASIL dari LATIHAN.


Jumat, 05 Juni 2015

filosofi bersepeda

Dia seorang sahabatku yang gemar sekali bersepeda suatu hari dia berkeinginan untuk menaklukan sebuah gunung dengan sepedanya. Dia sangat bersemangat dan antusias.

Hingga hari yang di nanti itu pun tiba, track yang akan dilalui ternyata hampir sepanjang 150km. Putus asakah dia mendengar jauhnya jalan yang akan ditempuh? tentu tidak, seorang yang bermental juara mau disiksa seperti apapun tetaplah berusaha untuk terus maju sampai akhir, ihklas diawal ujian disinilah kuncinya.
Diawal awal perjalananpun jalur yang dilaluinya berliku dan selalu menanjak. Sempat merasa putus asa karena selalu membayangkan kapankah tanjakan ini berakhir bagaimana jika jalurnya selalu menanjak apakah aku kuat melaluinya atau haruskah aku menyerah karena sangat melelahkan sekali? Ketika pikiran itu muncul seketika pula dia berusaha untuk menepisnya, dia tak lagi melihat jalan yang jauh didepan dia hanya melihat serta menikmati jalan disekitarnya, pemandangan indah disekitarnya.
Di sinilah kita belajar untuk tidak perlu khawatir dengan masa depan sehingga melupakan hal-hal penting yang ada pada saat ini. Kebanyakan orang selalu mengkhawatirkan masa depannya seolah-olah mereka hidup untuk selamanya. Apa yang sudah pasti dikhawatirkannya (rezeki, jodoh dll) sedangkan apa yang belum pasti dihiraukannya (keaadan kita setelah mati, kondisi kita pada kehidupan setelah mati).
Tak lama kemudian jalan yang selalu menanjakpun berubah menjadi turunan, betapa bahagianya dia sepedanya pun melaju dengan kencangnya.
Betapapun sulitnya masalah yang kita lalui tetap yakin dan percaya di balik kesulitan selalu ada kemudahan
Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. Al-Insyirah: 5-6).
Menjelang garis finish dia sudah merasa tak sanggup lagi, dia merasakan sudah dalam batas limitnya namun tetap dipaksakan olehnya sehingga tiba-tiba kakinya pun menjadi keram.
Maka sebaiknya jangalah kita melampaui batas. Seperti, jika kita berusaha terus menerus untuk mencari rezeki dan kita pun menjadi kaya raya, hendaklah kita tidak terlalu berlebihan dalam mencarinya dan jangan pula melampaui batas karena rezeki atau uang yang kita cari tidak akan pernah ada habisnya, sehingga engkaupun tidak sempat untuk menikmatinya, nikmatilah rezeki yang telah engkau peroleh.
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu haramkan apa-apa yang baik yang telah Allah halalkan bagi kamu, dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” (QS. AL-Maidah:87)

Disinilah kesungguhan telah mengalahkan kemampuan.